Program Pengabdian Universitas PGRI Kanjuruhan Malang Transformasi Sistem Penilaian di SMK PGRI 2 Malang
Malang, 2024 — Sistem penilaian pembelajaran Bahasa Inggris di SMK PGRI 2 Malang mengalami transformasi fundamental melalui program pelatihan penilaian autentik yang disesuaikan dengan Kurikulum Merdeka. Program pengabdian masyarakat dari Universitas PGRI Kanjuruhan Malang ini berhasil meningkatkan assessment literacy guru secara dramatis selama 9 bulan pelaksanaan dari Februari hingga Oktober 2024.
Program pelatihan ini adalah inisiatif pemberdayaan guru untuk meningkatkan kemampuan mereka merancang dan mengimplementasikan penilaian autentik sesuai prinsip Kurikulum Merdeka. Penilaian autentik mencakup portfolio assessment, project-based assessment, performance assessment, dan self/peer assessment yang mengukur kompetensi siswa secara holistik bukan hanya melalui tes tertulis konvensional.
Program berlangsung 9 bulan dari Februari hingga Oktober 2024. Tahapan meliputi persiapan dan kebutuhan analisis (Februari), pelatihan intensif 6 hari (Maret-April), pengembangan instrumen kolaboratif (Mei), implementasi dengan pendampingan (Juni-September), serta evaluasi dan pembentukan komunitas belajar guru (Oktober).
SMK PGRI 2 Malang di Jalan Veteran Nomor 17, Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang menjadi lokasi implementasi. Sekolah kejuruan dengan 850 siswa dan 45 guru ini merupakan lembaga yang berkomitmen mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara optimal, khususnya dalam aspek penilaian.
Tim pengabdi terdiri dari Dr. Siti Mafulah, M.Pd sebagai ketua, Dr. Umi Tursini, M.A., serta mahasiswa S2 Siti Mutmainnah dan Roifatul Faizah dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas PGRI Kanjuruhan Malang. Program didukung penuh oleh Kepala Sekolah Drs. Sugianto, M.Pd, dan 12 guru Bahasa Inggris yang berkomitmen.
Survei awal mengungkapkan bahwa 83% guru belum memahami konsep penilaian autentik, 75% kesulitan merancang rubrik, dan 95% pembelajaran masih menggunakan tes konvensional (multiple choice, essay). Padahal, Kurikulum Merdeka menuntut penilaian holistik yang mengukur kompetensi siswa dalam konteks nyata relevan dengan dunia kerja.
Program menggunakan pendekatan andragogi dengan kombinasi pelatihan teoritis, hands-on practice, peer learning, dan coaching berkelanjutan. Guru mendapat pelatihan intensif, mengembangkan instrumen secara kolaboratif dengan peer review, mengimplementasikan di kelas dengan observasi tim, dan membentuk komunitas belajar untuk pembelajaran berkelanjutan.
HASIL YANG LUAR BIASA
Peningkatan assessment literacy guru mencapai 83.3% (dari 48 menjadi 88/100) dan kemampuan praktik meningkat 142.9% (dari 35 menjadi 85/100). Transformasi dalam praktik sangat fundamental: dari 95% tes konvensional berubah menjadi 60% authentic assessment, dan 100% guru kini menggunakan rubrik sistematis.
Setiap guru berhasil mengembangkan 2-3 instrumen berkualitas tinggi, menghasilkan bank 32 instrumen penilaian autentik siap pakai. Implementasi mencapai tingkat keberhasilan 100% dengan 87.5% berjalan sangat baik. Student engagement meningkat drastis dengan 85% siswa merasa authentic assessment lebih menarik dan meaningful.
“Pelatihan ini membuka mata saya bahwa penilaian bisa menjadi alat membantu siswa belajar, bukan hanya mengukur hasil belajar,” ungkap Ibu Siti, guru Bahasa Inggris.
Program juga menghasilkan resources komprehensif: panduan 220 halaman (pengajuan ISBN), video tutorial 10 jam, dan platform digital lengkap. Terbentuk Teacher Learning Community dengan 12 anggota inti yang siap melanjutkan pembelajaran dan mendampingi guru lain. Dua SMK lain sudah menyatakan interest untuk mereplikasi model program ini.
Program ini membuktikan bahwa dengan pelatihan sistematis, resources praktis, dan dukungan berkelanjutan, guru dapat ditransformasi menjadi profesional assessment yang kompeten, menciptakan sistem penilaian yang bermakna dan mendukung pembelajaran Kurikulum Merdeka.
